Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) selama
ini dianggap tak hanya berfungsi sebagai tempat pelayanan pengobatan,
tetapi juga sebagai pusat pencegahan penyakit, khususnya di daerah
terpencil. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya puskesmas dilengkapi dengan
fasilitas yang memadai.
dr Fikri Suadu, Direktur Eksekutif Indonesian Hospital and Clinic Watch (INHOTCH), dalam diskusi reguler yang diselenggarakan di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta, Senin (30/12/2013), mengungkapkan beberapa data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011 terkait keberadaan fasilitas di puskesmas.
"Dari total 9.005 puskesmas seluruh Indonesia, 12,7 persen tak punya stetoskop; 13,6 tak punya tensimeter; 6,1 persen tak punya timbangan dewasa; dan bahkan 55 persen tak punya alat imunisasi lengkap," tutur dr Fikri.
Ia sangat menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan infrastruktur di tingkat pelayanan kesehatan. Hal ini pulalah yang kemudian membuat INHOTCH ragu akan keberhasilan BPJS Kesehatan, yang rencananya akan dimulai pada 1 Januari 2014 mendatang.
"17,7 Persen Puskesmas juga belum ada listrik 24 jam. Kalau begini adanya jadi bagaimana BPJS pelayanannya bisa prima? Ini bahaya," terang dr Fikri.
Infrastruktur fasilitas kesehatan, termasuk fasilitas yang ada di puskesmas, menurut dr Fikri menggambarkan masih buruknya kondisi kesehatan di Indonesia. Diharapkan pada periode kepemimpinan selanjutnya, kesehatan bisa lebih diprioritaskan.
"Soalnya ya kan kalau berkaca pada Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan 'mencerdaskan kehidupan bangsa', mustahil bisa terwujud kalau masyarakatnya sakit-sakitan dan pelayanan kesehatannya belum prima," terang dr Fikri.
(ajg/vit)
dr Fikri Suadu, Direktur Eksekutif Indonesian Hospital and Clinic Watch (INHOTCH), dalam diskusi reguler yang diselenggarakan di Bakoel Koffie Cikini, Jakarta, Senin (30/12/2013), mengungkapkan beberapa data Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011 terkait keberadaan fasilitas di puskesmas.
"Dari total 9.005 puskesmas seluruh Indonesia, 12,7 persen tak punya stetoskop; 13,6 tak punya tensimeter; 6,1 persen tak punya timbangan dewasa; dan bahkan 55 persen tak punya alat imunisasi lengkap," tutur dr Fikri.
Ia sangat menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pemenuhan kebutuhan infrastruktur di tingkat pelayanan kesehatan. Hal ini pulalah yang kemudian membuat INHOTCH ragu akan keberhasilan BPJS Kesehatan, yang rencananya akan dimulai pada 1 Januari 2014 mendatang.
"17,7 Persen Puskesmas juga belum ada listrik 24 jam. Kalau begini adanya jadi bagaimana BPJS pelayanannya bisa prima? Ini bahaya," terang dr Fikri.
Infrastruktur fasilitas kesehatan, termasuk fasilitas yang ada di puskesmas, menurut dr Fikri menggambarkan masih buruknya kondisi kesehatan di Indonesia. Diharapkan pada periode kepemimpinan selanjutnya, kesehatan bisa lebih diprioritaskan.
"Soalnya ya kan kalau berkaca pada Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan 'mencerdaskan kehidupan bangsa', mustahil bisa terwujud kalau masyarakatnya sakit-sakitan dan pelayanan kesehatannya belum prima," terang dr Fikri.
(ajg/vit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar